Rabu, 03 Oktober 2012


Para “ Gladiator “ di Perang Pelajar Yang Mematikan

Saat ini ekstra kulikuler pelajar di sejumlah daerah menjadi bertambah satu ,yaitu “tawuran”. Ekstra kulikuler yang benar ada diluar jam pelajaran ,atau dilakukan pada hari yang dikhususkan untuk eskul itu sendiri dan ditetapkan oleh sekolah. Tapi eskul yang satu ini tidak diadakan disetiap sekolahannya. Para siswa lah yang membuat eskul yang mengerikan ini ada hingga sekarang.

Tawuran atau perkelahian antar pelajar ini menjadi monster yang menakutkan bagi orang tua yang akan menyekolahkan ananaknya. Bagaimana tidak, orang tua yang memiliki harapan agar masa depan anaknya lebih baik dari mereka , tewas mengenaskan di tangan sesama pelajar.

Sudah tidak asing lagi memang jika membicarakan Tawuran, dengan korban tewas akibatnya. Tapi “eskul,” ini menjadi candu bagi para pelajar khususnya siswa SMK di Bogor untuk melakukan aksinya.

Misalnya di Bogor, tidak semua orang tua memiliki uang berlebih, sehingga mereka bisa menyekolahkan anaknya di SMA. Pilihan SMK pun menjadi pilihan terakhir. Dengan biaya yang terjangkau, orang tua juga memiliki harapan sendiri di akhir nanti saat anaknya lulus dari SMK. Bisa langsung bekerja dan mendokrak ekonomi keluarga di kehidupan yang lebih baik.

Hampir setiap hari “eskul” mematikan ini diadakan di Bogor. Seusai jam belajar pukul 13.00 – 15.00 WIB menjadi waktu yang tepat bagi pelajar khususnya SMK melakukan Tawuran, bahkan hingga larut malam para petarung  “ putih abu-abu “ masih melakukan aksinya.

Berikut sejumlah SMK yang melakukan Penggabungan SMK nya dengan SMK lain, guna menghimpun kekuatan untuk aksi Tawuran.

BRAK versus SBY M versus Tri Darma Bersatu ( 1,2,3,4 ) singkatan ini adalah gabungan dari beberapa sekolah di Bogor yang selalu terlibat dalam tawuran pelajar. Para siswa SMK mulai menghimpun kekuatan yang dahsyat dengan melakukan gabungan sengan SMK lain.

Nama singkatan Penggabungan itu berarti :

1. BRAK itu, (B) SMK Bina Warga, (R) SMK N 2 Bogor ( Rascal ), (A) SMK PGRI 2 Bogor ( AOET ),dan (K) SMK Karya Nugraha. Daerah kekuasaan mereka di jalur Kandang Roda hingga Pomad, yang berada di Jalan Raya Bogor, Bantar jati Bogor.

2. SBY M ialah (S) SMK Sukmajaya Bogor ( SKY ), (B) SMK YKTB ( Bastard ), (Y) SMK Yatek,dan (M) SMK Mekanika Bogor ( Meboet ). Daerah kekuasaan anak – anak ini di Warung Jambu, Pabrik Kulit JL.Raya Bogor, dan Terminal Baranang siang.

3. Tri Darma sendri tidak bergabung dengan para ‘gladiator’ dari SMK lainya. Tapi TD panggilan akrab bagi anak – anak Tri Darma ini menyatukan keempat sekolahnya menjadi satu. Tri Darma Bersatu ( 1,2,3,4, ). Daerah kekuasaan mereka di Stasiun, Jalan Baru Bogor, Yasmin.

“Kekuasaan” ini berarti daerah – daerah tempat mereka berkumpul atau memiliki kekuatan kuat untuk melakukan tawuran.

“Kesetiakawanan” bagi siswa yang mengikuti Tawuran harus kita akui. Tapi hal itu yang menyebabkan mereka celaka. “Solidaritas” dalam mengumpulkan uang juga harus kita akui bahwa hal ini baik. Tapi uang yang mereka kumpulkan digunakan untuk mempersiapakan atau membuat senja yang akan digunakan saat Tawuran dan membatu teman mereka yang luka untuk pengobatan.

Siswa melakukan janji dengan musuh nya. Menentukan tempat dan jam ada dalam perjanjian SMS tersebut. Para siswa lainya mulai menyiapkan  senja yang telah dibuat sebelumnya menggunakan uang “ solidaritas” yang telah dikumpulkan. Dengan gagah dan perkasa,layaknya ingin melakukan perang “ perang pelajar “ para siswa datang ketempat yang talah ditentukan. Tanpa rasa takut dan percaya diri tinggi , perang pun di mulai. Waktu bentrokan pelajar ini tidak berlangsung lama , sekitar 5-10 menit. Karena adanya warga dan polisi yang cepat tiba di lokasi.

Jika melihat rentan waktu Tawuran yang tidak lama, tetap saja korban luka dan nyawa pun selalu hadir di perang tersebut. Jika melihat korban tewas, kita pasti berfikir bahwa takdir mereka sudah ditentukan Tuhan, tapi jika berfikir logika “ maut “ itu didatangkan sendiri oleh para ‘pejuang tanpa jasa ‘ini untuk mengharumkan nama sekolahnya masing masing.

Tawuran siswa SMK di bogor, lebih kepada nama besar sekolah mereka yang terkenal dengan tawuranya, dan sekolah SMK lain ingin menjatuhkan nama sekolah yang sebelumnya terkenal itu jatuh, dan sekolah yang mulai merintis tawuran itu menjadi sebliknya terkenal.

Pedih memang jika mengetahui bahwa otak para siswa bukan mengejar prestasi di bidang pelajaran, melainkan lewat pertarungn antar siswa SMK yang menghasilkan prestasi sendiri bagi dirinya. Mungkin kisah perang antar pelajar ini bisa menjadi kebanggan sendiri bagi para “ gladiator” setelah nanti lulus dan hidup ‘keras’ selama berseragam putih abu-abu, untuk adik kelasnya dan teman-teman lainya. Tapi kisah itu tidak untuk para orang tuanya.

Tawuran bisa terhenti jika ada salah satu gabungan para SMK atau SMK nya masing – masing memiliki rasa kepuasaan di Tawuran ini. Dan SMK lain juga memiliki tingkat lapang dada dan menerima semunya dengan ikhlas. Serta tidak ada lagi yang memulai atau memicu tawuran lagi. Rasa “KEPUASAAN “ menjadi kunci utama dalam menyelesaikan Tawuran.
Berbagai sistem dan cara telah dilakukan untuk meredakan tawuran di Bogor. Tapi perlu kita ketahui juga tidak hanya siswa SMK saja yang kita jelek – jelekan karena Tawuranya. Para Siswa SMA di Bogor juga ada yang melakukan aksi nya seperti SMA 6 Bogor versus SMA 7 Bogor. Tapi memang kedua SMA ini dan SMA lainya di Bogor belum terekspos dan belum sekeras dan separah para siswa SMK yang ada di Bogor.

Sitem yang baik , pembinaan yang baik, dan yang lainya, tidak membuat tawuran menghilang. Mungkin hal ini juga bisa berasal dari akar rumput kita yang memiliki jiwa perjuangan. Tapi jiwa perjuangan itu tidak pada  tempatnya. Seperti zaman penjajahan dulu. Perang dilakukan untuk melawan penjajah. Tapi di zaman sekarang jiwa perjuangn digunakan untuk melawan musuh sesama pemuda yang darah Indonesia. Penyesalan tinggal penyesalan yang hadir di akhir ketika korban tewas ada,

“Jangan memulai aksi mematikan, tidak mati hari ini, dikemudian hari kematian itu akan tiba”

Selamtkan Generasi Bangsa Dari Bahaya Tawuran. ( feb )